Seorang narapidana baru merasa ketakutan dan tertekan. Tembok-tembok batu di selnya seperti menyerap habis semua kehangatan, jeruji-jeruji besi bagai mencemooh segala belas kasih, suara gelegar baja yang beradu ketika gerbang ditutup, mengunci harapan jauh-jauh. Hatinya terpuruk sedalam hukumannya yg sedemikian lama. Di tembok, di atas kepala tempat tidur lipatnya, dia melihat sebuah kalimat yg tergores disana : INI PUN AKAN BERLALU.
Kalimat itu melecut semangatnya, mungkin demikian juga dengan narapidana lain sebelum dia. Tak peduli betapa beratnya, dia akan menatap tulisan itu dan mengingatnya :ini pun akan berlalu.
Pada hari dia dibebaskan, dia mengetahui kebenaran dari kata-kata itu. Waktunya telah dipenuhi, penjara pun telah berlalu.
Ketika dia menjalani kembali kehidupan normalnya, dia sering merenungi pesan itu, menulisnya di secarik kertas utk ditaruh di samping tempat tidurnya, di mobil, di tempat kerja.
Bahkan saat dia mengalami hal-hal yg buruk, dia tak akan menjadi depresi. Dengan mudah dia akan mengingat, "inipun akan berlalu", dan terus berjuang. Saat-saat yg buruk pun tidak memerlukan waktu lama utk berlalu. Lalu ketika saat-saat menyenangkan tiba, dia menikmatinya, tapi tanpa terlalu sembrono. Sekali lagi dia akan mengingat, "inipun akan berlau", dan terus bekerja tanpa menggampangkan hal-hal yg menyenangkan itu. Saat-saat indah biasanya juga tak akan bertahan lam-lama. Bahkan ketika dia menderita kanker, "inipun akan berlau" telah memberinya pengharapan. Pengharapan memberinya kekuatan dan sikap positif yg mengalahkan penyakitnya. Suatu hari, dokter spesialis memastikan bahwa "kanker pun telah berlalu".
Pada hari terakhirnya, di atas ranjang kematian, dia membisikkan kepada orang-oranga yg dicintainya, "inipun akan berlalu" dan dgn enteng dia meninggalkan dunia ini. Kata-katanya adalah pemberian cinta terakhir bagi keluarga dan teman-temannya. Mereka belajar darinya bahwa " kesedihan pun akan berlau".
Kalimat itu melecut semangatnya, mungkin demikian juga dengan narapidana lain sebelum dia. Tak peduli betapa beratnya, dia akan menatap tulisan itu dan mengingatnya :ini pun akan berlalu.
Pada hari dia dibebaskan, dia mengetahui kebenaran dari kata-kata itu. Waktunya telah dipenuhi, penjara pun telah berlalu.
Ketika dia menjalani kembali kehidupan normalnya, dia sering merenungi pesan itu, menulisnya di secarik kertas utk ditaruh di samping tempat tidurnya, di mobil, di tempat kerja.
Bahkan saat dia mengalami hal-hal yg buruk, dia tak akan menjadi depresi. Dengan mudah dia akan mengingat, "inipun akan berlalu", dan terus berjuang. Saat-saat yg buruk pun tidak memerlukan waktu lama utk berlalu. Lalu ketika saat-saat menyenangkan tiba, dia menikmatinya, tapi tanpa terlalu sembrono. Sekali lagi dia akan mengingat, "inipun akan berlau", dan terus bekerja tanpa menggampangkan hal-hal yg menyenangkan itu. Saat-saat indah biasanya juga tak akan bertahan lam-lama. Bahkan ketika dia menderita kanker, "inipun akan berlau" telah memberinya pengharapan. Pengharapan memberinya kekuatan dan sikap positif yg mengalahkan penyakitnya. Suatu hari, dokter spesialis memastikan bahwa "kanker pun telah berlalu".
Pada hari terakhirnya, di atas ranjang kematian, dia membisikkan kepada orang-oranga yg dicintainya, "inipun akan berlalu" dan dgn enteng dia meninggalkan dunia ini. Kata-katanya adalah pemberian cinta terakhir bagi keluarga dan teman-temannya. Mereka belajar darinya bahwa " kesedihan pun akan berlau".
Depresi adalah sebuah penjara yg sering dialami oleh kita. "INI PUN AKAN BERLALU" membantu melecut semangat kita juga menghindarkan salah satu penyebab depresi hebat yaitu tidak mensyukuri saat bahagia. :)
No comments:
Post a Comment