Tak berlebihan bila seorang teman tengah mencari tahu jalur usaha apa yang sebenarnya dapat ditekuninya. Teman ini membutuhkan pengarahan dan keyakinan diri sebelum memulai usahanya. Di samping itu, manusia selalu mendekatkan diri pada sesuatu, situasi atau kondisi yang mereka tahu dan nyaman. Faktor-faktor inilah yang kemudian berusaha mereka pertahankan. Tidak ada salahnya memang, namun paling tidak bila mau melangkah keluar dari ‘kotak’-nya akan mendapatkan sesuatu yang lebih baik lagi.
Kami senang melihat animo teman-teman untuk mengembangkan diri dengan melakukan sebuah usaha. Ini menunjukan kemandirian serta kemauan untuk mencapai tingkatan finansial yang jauh lebih baik. Serta membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat. Untuk mencapai hal itu, biasanya kami tidak memberikan saran mengenai bisnis yang cocok bagi teman-teman pemula bisnis. Kami lebih pada membukakan mata dan pemikiran mereka akan diri mereka sendiri. Termasuk pula berusaha untuk memahami satu-persatu pribadi dan karakter teman pemula bisnis tersebut.
Setelah memahami mereka, baru kami akan membukakan mata pemikiran mereka dengan kebutuhan pasar yang ada di lingkungannya. Lihatlah kebutuhan di sekeliling, produk atau jasa yang selalu dibeli oleh masyarakat. Atau ceruk kebutuhan produk atau jasa yang belum memiliki tingkat kejenuhan. Yang paling penting adalah teman pemula bisnis tidak malu untuk mengambil jenis usaha yang hendak ditekuni.
Misalnya bila yakin dapat memasak dengan baik, tak ada salahnya berjualan ketupat/lontong sayur di depan rumah. Tak perlu malu bahwa usaha ini kecil, bila ditekuni dapat mengembangkan diri membangun usaha kuliner yang lebih besar. Bisnis yang baik bukan hanya kokoh dan berjangka waktu panjang, lebih dari itu bisnis bukan melulu tentang omzet, melainkan mengenai persentase yang dapat kita peroleh dan dimaksimalkan.
Hal tersebut juga berhubungan dengan modal yang kita miliki. Bila memiliki modal besar, jangan bermain pada usaha yang berskala kecil. Begitu juga sebaliknya, jangan memaksakan diri pada usaha yang besar bila hanya memiliki modal kecil. Yang terpenting adalah membangun bisnis yang memiliki ketahanan dalam jangka waktu panjang, bukan ikutan dalam bisnis booming.
Demikian pula bila kita sudah mendapatkan keuntungan, jangan lantas dipakai dalam jumlah besar. Keuntungan yang kita dapat memang sepenuhnya milik kita, namun harus digunakan dengan perhitungan yang cermat. Ambil misalnya kita mendapatkan 10 juta rupiah, sebaiknya yang digunakan untuk ‘jajan’ kita itu hanya 10%, berarti kita sudah menyimpan 9 juta rupiah pada bulan pertama. Pada bulan berikutnya kita kembali memperoleh 10 juta rupiah, gunakan 10% lagi untuk ‘jajan’ kita.
Yang jadi pertanyaan ‘masa kita hanya boleh ‘jajan’ 1 juta rupiah?’. Perhitungannya tidak seperti itu. Ingat kita memiliki simpanan 9 juta rupiah, jadi bila ditambahkan 10 juta rupiah kita memiliki uang 19 juta rupiah. Maka yang bisa dipakai ‘jajan’ adalah 1,9 juta rupiah atau dibulatkan saja 2 juta rupiah. Lalu simpanan kita menjadi 17 juta rupiah. Pada bulan berikutnya kembali mendapatkan 10 juta rupiah, maka ‘uang jajan’ kita bertambah menjadi 2,7 rupiah. Demikian seterusnya bila dijalankan dengan penuh kedisiplinan maka target business plan (BP) akan tercapai dengan baik. Maka dari itu omzet bukanlah sebuah proses, melainkan persentase yang harus dijadikan langkah-langkah berbisnis.
Poin-poin yang bisa kita adaptasi, sebagai berikut:
- Pahami bisnis adalah mengenai diri dan lingkungan yang terhubung dengan situasi dan kondisi yang ada.
- Sesuaikan bisnis kita dengan modal yang ada.
- Persentase merupakan jalan terbaik mengokohkan bangunan bisnis kita.
- Omzet bukanlah pencapaian target BP.
- Jangan pernah malu menjalankan sebuah bisnis yang kita nilai baik.
- Disiplin mengatur ‘uang jajan’ memuluskan pencapaian target BP.
- Sah-sah saja menjalankan bisnis yang tengah booming, namun jangan harap bisnis kita akan kokoh.
- Pahamilah pribadi dan karakter diri Anda sebelum melakukan bisnis.
No comments:
Post a Comment